PIKIRANMASA.COM//PALU – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman turun meninjau petani anggur di Kota Palu di sela acara Jambore Penyuluh Pertanian, Minggu (5/11/2023). Kunjungan ini untuk meningkatkan pengembangan budidaya anggur petani dengan menerapkan pertanian presisi atau smart farming, sehingga produktivitas dan kualitas anggur naik serta kesejahteraan petani naik karena anggur yang dihasilkan tidak hanya untuk kebutuhan dalam negeri, tapi harus bisa ekspor.
“Saya apresiasi petani kelompok tani Duyu Bangkit. Sekarang ini produktif dan sudah berproduksi. Kita tahu, Indonesia impor anggur kurang lebih Rp 7 triliun, ini Sulawesi Tengah bisa selesaikan impor ini. Saya yakin 5 tahun ke depan bisa diselesaikan. Ini menekan devisa, mensejahterakan petani karena agrolimatnya cocok,” demikian dikatakan Mentan Amran saat meninjau kebun anggur Kelompok Tani Duyu Bangkit di Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga, Kota Palu.
Amran menjelaskan semangat budidaya anggur petani di Kota Palu tersebut harus ditingkatkan dengan terobosan inovasi pertanian yang dapat meningkatkan produktivitas sehingga break event point (BEP) yang awalnya 3 tahun menjadi 1 tahun. Ini dilakukan dengan menerapkan pertanian presisi atau smart farming.
“Tentunya kita bantu juga petani pendampinganya dengan menghadirkan ahlinya. Tadi juga ada permintaan coper, kita bantu juga. Kalau petani untung, nanti petani akan bangkit sendiri untuk ramai-ramai tanam. Tapi kalau petani rugi, pastikan akan berhenti sehingga butuh pengawalan,” jelasnya.
“Petani anggur di sini semangatnya sudah ada, untungnya ada dan yang perlu ditingkatkan produktivitasnya. Oleh karena itu, saya minta smart farming dengan pertanian presisis diterapkan di petani anggur Kota Palu ini. Ini kami minta tim langsung turun ke lapangan. Kami juga minta petani manfaatkan fasilitas KUR untuk mengembangkan tanaman anggur dengan skala yang lebih luas,” sambung Amran.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Duyu Bangkit, Saifudin mengapresiasi kunjungan kerja Mentan Amran yang langsung memberikan apa yang dibutuhkan petani anggur yakni dalam meningkatkan produksi, nilai tambah dan menekan biaya budidaya. Petani anggur di Kota Palu tersebar di 3 wilayah, salah satunya di Kelurahan Duyu yang notabenenya bukan dari pelaku pertanian, sehingga sangat membutuhkan bantuan inovasi pertanian yang dapat mengembangkan cara budidaya untuk meningkatkan produksi, menekan biaya dan mempercepat waktu BEP atau pengembalian modal.
“Luas lahan budidaya anggur kelompok kami saat ini 1.000 meter persegi dengan modal yang dikeluarkan Rp 350 juta dengan umur budidaya 15 tahun. Panen dilakukan 2 kali setahun, hasil panen pertama 700 kilogram dengan harga Rp 85 per kilogram sehingga ada Rp 60 juta per panen. Sehingga kembali modalnya sekitar di tahun ke dua sampai ke tiga,” ucapnya.
Saifudin menambahkan saat ini petani masih menggunakan pupuk NPK mutiara sehingga masih mengeluarkan biaya yang cukup besar. Petani sangat mengharapkan bantuan teknologi pembuatan pupuk organik yang dapat dilakukan petani sendiri seperti halnya petani di Korea.
“Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih atas kunjungan Pak Menteri ini yang langsung memberikan bantuan pembuatan pupuk organik dan mesin untuk coper yang dapat meningkatkan produksi anggur. Kami juga sangat senang akan diturunkan tim pendamping sehingga kami benar-benar bisa menerapkan budidaya anggur berbasis smart farming,” tandasnya.
Pada kesempatan terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mendukung penuh Jambore Penyuluh Pertanian yang dilaksanakan dalam rangka membangkitkan semangat para penyuluh dalam melaksanakan tugas di lapangan.
“Penyuluh dan petani merupakan garda terdepan dalam pembangunan pertanian. Sebagai garda terdepan penyuluh dan petani harus memastikan, pangan tidak bersoal. Karena kita harus menyediakan pangan bagi seluruh masyarakat,” ungkap Dedi
Dedi menambahkan, sebagai garda terdepan dalam penyediaan pangan bagi 273 juta jiwa, itu bukan hal yang mudah, penyuluh harus mampu menjadi sahabat dan pemberi solusi untuk petani, manfaatkan sumber daya yang ada, pengetahuan dan teknologi, karena penyuluh dan petani, tulang punggung bangsa, tambahnya.
“Jambore Penyuluh Pertanian juga merupakan kesempatan berharga untuk mengevaluasi sejauh mana peran dan keberadaan para penyuluh telah diterima oleh masyarakat, terutama para petani di Sulawesi Tengah. Ini merupakan momen penting untuk menunjukkan semangat dan dedikasi dalam membantu petani dan masyarakat di wilayah ini”, tutup Dedi.(***)